Sosok Prof. Dr. Muhadjir Efendi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Juli 29, 2016


                Sumber: www.malang-post.com

Presiden Jokowi resmi menunjuk Prof. Dr. Muhadjir Efendi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudaayaan menggantikan Anies Baswedan, Ph.D. Prof. Muhadjir yang diketahui sebagai tokoh politik Muhammadiyah ini menjadi rektor kelima Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mulai tahun 2000.

Prof. Muhadjir lahir di Madiun, 29 Juli 1956, anak ke-6 dari 9 bersaudara dari seorang ayah Soeroja dan ibu Sri Soebita. Ayah beliau dikenal sebagai seorang guru dan kepala sekolah yang di kemudian hari menekuni dunia kesenian wayang sebagai dalang dan pembuat wayang kulit. Sang ayah juga merupakan aktivis Partai Masyumi yang Sukarnois. Prof. Muhadjir menikah dengan Suryan Widati, SE., MSA., Ak. (dosen Polteknik Negeri Malang) dan kini dikaruniai tiga orang putra Muktam Roya Azidan (lahir 9 Maret 2005), Senoshaumi Hably (lahir 9 Oktober 2006) dan Harbyanto Ken Najjar lahir (lahir 20 Mei 2012).

Setelah menempuh pendidikan formal mulai SD hingga PGAN 6 tahun di daerah asalnya, Prof. Muhadjir kemudian melanjutkan kuliah di IAIN Malang dan memperoleh gelar Sarjana Muda (BA) tahun 1978. Selanjutnya beliau menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana di IKIP Negeri Malang (sekarang Universitas Negeri Malang (UM)) tahun 1982. Pendidikan S2 diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar MagisterAdministrasi Publik (MAP) tahun 1996. Tahun 2008, Prof. Muhadjir berhasil menyelesaikan pendidikan S3 pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan memperoleh gelar doktor bidang sosiologi militer di Program DoktorUniversitas Airlangga. Selain pendidikan formal, beliau juga beberapa kali mengikuti kursus di luar negeri, antara lain di National Defence University, Washington DC (1993) dan di Victoria University, British Columbia, Canada (1991).

Semasa kuliah, Prof. Muhadjir menekuni profesi sebagai wartawan di beberapa koran, antara lain: Komunikasi (koran kampus IKIP Malang) sejak tahun 1982, koran Bestari UMM (1986), majalah Semesta Surabaya (1979-1980), koran Warta Mahasiswa (Dirjen Dikti) 1978-1982, koran Mimbar Universitas Brawijaya (1978-1980), dan Mingguan Mahasiswa (Surabaya) pada tahun 1978. Hingga sekarang, beliau masih aktif menulis berbagai artikel di beberapa koran lokal, regional. Dan karena kepiawainnya, beliau juga menjabat Dewan Penasehat Asosiasi Wartawan Indonesia wilayah Malang Raya, Jawa Timur. Prof. Muhadjir juga sudah menulis banyak buku, antara lain: Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan bersama Prof. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. (1989), Bunga Rampai Pendidikan (1992), Masyarakat Ekuilibrium: Meniti Perubahan dalam Bingkai Keseimbangan (2002), Pedagogi Kemanusiaan: Sebuah Refleksi (2004), Profesionalisme Militer: Profesionalisme TNI (2008), dan lain-lain. Pada buku terakhirnya ini, Prof. Muhadjir menguraikan tentang profesionalisme militer, khususnya TNI, setelah era reformasi.

Bagi orang yang pernah bertemu Prof. Muhadjir, intonasi suara beliau sangat jelas. Suara beliau ini juga cukup merdu. Beliau merupakan seorang qari’ yang bagus. Baik suara, bacaan, hingga hafalan beliau. Seperti yang terlihat dalam acara pembukaan sidang Tanwir Muhammadiyah di Samarinda tahun 2014 silam.

Di dunia akademik, Prof. Muhadjir dikenal sebagai seorang sosiolog yang ahli di bidang militer, sekaligus sebagai intelektual muslim. Prof. Muhadjir memulai karier dari jenjang terendah, yakni karyawan honorer di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Selanjutnya, beliau diberi kesempatan mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Beliau pernah menduduki jabatan sebagai rektor di UMM sebanyak tiga kali. Prof. Muhadjir menjabat sebagai rektor pada periode 2000-2004, 2004-2008, dan periode 2008-Februari 2016. Sebelum diangkat menjadi rektor, beliau dipercaya sebagai Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan (1987-1955). Pada periode 1996-2000, beliau juga pernah menjabat Pembantu Rektor I di bidang akademik.

Selama beliau menjadi rektor UMM, prestasi UMM tiada pernah sepi, diantaranya: 50 perguruan tinggi terbaik di Indonesia (versi Dikti), rangking tujuh perguruan tinggi di Indonesia versi Globe Asia Magazine (2007), menjadi salah satu universitas dari 20 promosing universitas versi Ditjen Dikti (2008), masuk ke dalam rangking 20 besar universitas di Indonesia versi Webomatric (2010). Gaya kepemimpinan beliau yang out of the box, melahirkan sejumlah karya besar. Dibawah kepemimpinan beliau, UMM maju pesat hingga menjadi trend kampus lain. UMM kini menjadi salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) ternama di Indonesia. Bahkan, perkembangan PTS ini cukup pesat dalam 10 tahun terakhir. Kampus yang semula hanya memiliki 600 mahasiswa pada era 1980-an kini telah dihuni 30 ribuan mahasiswa.

Perkembangan pesat kampus juga bisa dilihat dari bangunan fisiknya. Selain kampus yang berdiri kokoh, UMM semasa kepemimpinan beliau juga punya toko buku, bengkel mobil, hotel, hingga SPBU. Sebelum menanggalkan jabatan rektor, Prof. Muhadjir juga meninggalkan 2 warisan monumental, yaitu rumah sakit pendidikan yang menggabungkan model pengobatan timur dan barat, serta berhasil mengakuisisi taman rekreasi kebanggaan Malang, Taman Sengkaling.

Prof. Muhadjir juga mengajar di almamaternya, IKIP Malang pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah dan juga pernah menjabat sebagai Sekertaris Pembantu Rektor III/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) IKIP Malang (1986-1990). Pada 30 September 2014, Prof Muhadjir resmi menyandang gelar Guru Besar Sosiologi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) di Universitas Negeri Malang. Karena, beliau memang dosen di UM yang mendapatkan tugas tambahan dari Koperti Wilayah VII untuk mengabdi di UMM.

Prof. Muhadjir saat ini masih tercatat sebagi salah satu Ketua pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Sebelum menjadi ketua PP, beliau adalah wakil ketua PWM Jatim (2005-2015). Beliau juga pernah menjadi ketua Litbang Tapak Suci Putera Muhammadiyah (2006-2011) dan anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Prof. Muhadjir mempunyai visi, salah satunya adalah meniadakan program sertifikasi bagi guru baik PNS maupun bukan PNS dikarenakan dianggap membuang-buang uang negara saja. Pelatihan guru yang memakan banyak biaya dan tidak sinkron dengan hasil yang diharapkan rencananya dihapus mulai bulan Agustus 2016 ini. Kedepan guru tidak perlu pelatihan ataupun sertifikasi lgi, karena sudah diganti dengan program baru yang disebut Resonansi Financial.

Siapapun yang berstatus guru akan langsung diberikan tunjangan cukup dengan melampirkan tanda bukti atau surat keterangan bahwasanya ia benar-benar seorang guru maka tanpa melewati proses pelatihan ini dan itu seperti sertifikasi ataupun UKG guru tersebut namun langsung mendapatkan tunjangan profesi secara otomatis dan berkala. Luar biasa misi hebat dari bapak menteri pendidikan baru kita. Semua guru tentu semakin berbahagia dan sukses dalam profesinya, semoga terwujud.

Sumber:
http://news.okezone.com
http://www.pilahberita.com
http://www.pwmu.co
http://www.umm.ac.id
http://www.wavienews.com
https://pojoksatu.id

You Might Also Like

1 komentar